LAPORAN PRAKTIKUM
SOSIOLOGI DAN KEBUDAYAAN PERTANIAN
KELAS C
“Kemiskinan
di Pedesaan”
OLEH
KELOMPOK 11
NUR
ANNISA 1210223068
RIZKA
SYARLI 1210223066
JONY
KEMBAR 1210223070
M.
ILHAM SUARDI 1210223073
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Kami
mengucapkan terima kasih sebelum dan sesudahnya kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
Kami
menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya menuruti egoisme pribadi, untuk
itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah
kami di lain waktu.
Harapan
yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain
yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul
ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Padang,
02 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR
ISI.....................................................................................................
DAFTAR
TABEL.............................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................
1.1
Latar Belakang......................................................................................
1.2
Rumusan
Masalah................................................................................
1.3
Tujuan...................................................................................................
1.4
Metode..................................................................................................
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1 Pengertian Kemiskinan.........................................................................
2.2 Mengukur Kemiskinan..........................................................................
2.3
Penyebab Kemiskinan...........................................................................
2.4
Menghilangkan Kemiskinan..................................................................
BAB
III KASUS KEMISKINAN PETANI DI PEDESAAN........................
BAB
IV PEMBAHASAN KASUS..................................................................
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut
Daerah, Maret 2011–September
2011.
Tabel 2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau,
September 2011.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Saat
ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi negara
berkembang. Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat menakutkan karena
semua orang pasti tidak mau menjadi miskin. hal itu berawal dari dua sebab,
yaitu diri sendiri dan orang lain. Pertama, kurangnya kemampuan individu untuk
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri memperoeh kehidupan yang lebih baik.
Kedua, kelicikan orang yang berpangkat merampas harta yang bukan miliknya alias
korupsi.
Negara
Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi
perekonomian masih rendah di
Indonesia terutama di desa, itu semua
menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan disebabkan pekerjaan masyarakat yang
tidak menentu. Kebanyakan masyarakat desa bekerja sebagai buruh dan petani dengan pendapatan yang rendah. Masyarakat
petani tergolong masyarakat miskin karena masyarakat petani tersebut mempunyai
banyak keterbatasan salah satunya yaitu, pengetahuan dan teknologi.
Masalah
kemiskinan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu memperoleh perhatian.
Jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan nasional masih signifikan.
Dicatat bahwa pada tahun 1985 Indonesia menduduki peringkat negara termiskin di
dunia. Pada tahun 1966 Pendapatan Nasional Brutonya hanya US$50,- per kapita per
tahun; sekitar 60 persen orang Indonesia dewasa tidak dapat membaca dan
menulis; dan mencapai 65 persen penduduk negara tersebut hidup dibawah garis
kemiskinan (Tambunan, 2006).
Kemiskinan
salah satu penghalang kesejahteraan hidup masyarakat desa, untuk itu masyarkat
desa harus bekerja sama untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan
pemerintah harus peka terhadap masalah kemiskinan yang masih terjadi di dalam
masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana dampak dan penanggulangan
studi kasus kemiskinan yang terjadi di Desa Tambaagung Ares Kec. Ambunten Kab.
Sumenep?
1.3 Tujuan
Memahami
dampak dan penanggulangan kemiskinan dari studi kasus yang terjadi di Desa Tambaagung
Ares Kec. Ambunten Kab. Sumenep.
1.4 Metode
Metode
yang digunakan untuk penulisan makalah ini adalah metode refrensi literatur,
artikel-artikel, dan jurnal yang didapat dari
perpustakaan dan internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum. Hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk
kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Ø Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Ø Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan
dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Ø Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik
dan ekonomi
di seluruh dunia.
2.2
Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam
dua kategori , yaitu Kemiskinan Absolut dan Kemiskinan Relatif. Kemiskinan absolut mengacu
pada satu set standar yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara.
Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang
makan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori
per hari untuk laki-laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut
sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1 per hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per
hari, dengan batasan ini maka
diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang di dunia mengkonsumsi kurang
dari $1 per hari
dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2 per hari. Proporsi
penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrim telah turun dari 28%
pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase
dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 per hari telah berkurang
separuh. Tetapi, nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu
tersebut.
Berikut adalah contoh data jumlah dan persentase
penduduk miskin menurut daerah dan menurut pulau yang diambil dari data Badan
Pusat Statistik.
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2011–September 2011
Daerah/Tahun
(1)
|
Jumlah Penduduk
Miskin (Juta)
(2)
|
Persentase Penduduk
Miskin
(3)
|
Perkotaan
Maret 2011
September 2011
|
11,05
10,95
|
9,23
9,09
|
Perdesaan
Maret 2011
September 2011
|
18,97
18,94
|
15,72
15,59
|
Kota+Desa
Maret 2011
September 2011
|
30,02
29,89
|
12,49
12,36
|
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011
dan September 2011
Tabel 2
Jumlah dan
Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2011
Pulau
|
|
Jumlah Penduduk Miskin (000)
|
|
|
Persentase Penduduk Miskin (%)
|
|
|
Kota
|
Desa
|
Kota+Desa
|
Kota
|
Desa
|
Kota+Desa
|
Sumatera
Jawa
Bali dan Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku dan Papua
|
2.045,34
7.527,73
645,32
266,03
354,15
116,01
|
4.273,53
9.216,68
1.420,50
705,86
1.798,00
1.520,99
|
6.318,87
16.744,41
2.065,82
971,88
2.152,15
1.637,00
|
10,10
9,28
12,29
4,45
5,96
6,09
|
13,55
16,08
17,51
8,65
15,32
33,21
|
12,20
12,09
15,46
6,88
12,17
25,25
|
Indonesia
|
10.954,58
|
18.935,56
|
29.890,14
|
9,09
|
15,59
|
12,36
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Diolah dari data Susenas
September 2011.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang,
ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju,
kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah
pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan
dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok
orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara
kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini
biasanya disebut sebagai negara
berkembang.
2.3 Penyebab Kemiskinan
Umumnya, kemiskinan banyak
dihubungkan dengan:
v penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
v penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
v penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
v penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi;
v penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah
sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika
Serikat (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan
masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu,
orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal
melewati atas garis kemiskinan.
Kemiskinan petani pedesaan
barangkali dapat juga dijelaskan melalui capability approach yang
diketengahkan oleh Amartya Sen (1999) didalam Development As Freedom.
Menurut Sen, kemiskinan berkaitan dengan freedom of choice; orang miskin
sama sekali tidak memiliki freedom of choice karena terjadi capability
deprivation. Capability mengacu pada dua perkara, yaitu ability
to do dan ability to be. Petani miskin dipedesaan benar-benar
mengalami ability to do dan ability to be yang rendah karena
mereka dalam posisi yang dirampas. Berbagai macam deprivation dapat
diketengahkan disini:
1. Structural
devrivarion. Struktur berkaitan dengan: (1) power relations, dimana
posisi petani selalu dalam posisi yang lemah; (2) adanya kebijakan pemerintah
yang memengaruhi kebijakan dalam penangulangan kemiskinan; (3) dualisme ekonomi
yang muncul dalam wajah baru.
2. Social
capability deprivation: orang miskin tidak dapat meraih kesempatan,
informasi, pengetahuan, ketrampilan, partisipasi dalam organisasi.
3. Economic
capability deprivation: orang miskin tidak dapat mengakses fasilitas
keuangan pada lembaga-lembaga keuangan resmi seperti perbankan, tetapi mereka
terjebak pada Bank Plecit dan kaum rentenir yang tidak membutuhkan prosedur
yang berbelit-belit.
4. Technological capability
deprivation: dimana orang miskin tidak dapat memiliki teknologi baru yang
memerlukan modal yang cukup besar. Teknologi tradisional seperti pembuatan
alat-alat dari bahan lokal (tanah, bambu, kayu, dll) telah digantikan oleh
alat-alat pabrikan.
5. Political
capability deprivation: petani miskin di pedesaan tidak mampu memengaruhi
keputusan politik yang dirumuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tidak
didengarkan aspirasinya, tidak memiliki kemampuan untuk melakukan collective
action.
6. Psychological deprivation:
petani miskin pedesaan selalu memperoleh stigma sebagai orang-orang yang kolot,
bodoh, malas, tidak aspiratif. Stigma inilah yang berakibat mereka menjadi
rendah diri dan merasa disepelekan, merasa teralienasi di dalam kehidupan
sosial dan politik.
Kemiskinan
petani dipedesaan semakin diperparah dengan munculnya sistem ekonomi global
yang menganut paham neo-liberalisme. Tiga alat neo-lib yaitu World Bank,
International Moneteray Fund (IMF) dan World trade organization kelihatannya
tidak memihak pada petani miskin (catatan: sekarang para staf ahli dari Bank
Dunia seperti Sen, Stilgitz, Woolcock dan Narayan) telah membaca tanda-tanda
meningkatnya kemiskinan global karena perilaku neo-lib yang menyarankan untuk
menghapus kemiskinan dinegara ketiga melalui structural adjustment programs,
yaitu (1) free trade, (2) penghapusan tarif, dan (3) mengganti tanaman
pangan dengan tanaman komoditas. Akibatnya adalah fatal, jumlah kemiskinan
dunia meningkat menjadi lebih dari dua miliar penduduk. Di India jumlah orang
miskin meningkat menjadi dua kali lipat. Dan yang paling menikmati kemiskinan
penduduk dunia ketiga adalah negara-negara kapitalis.
2.4 Menghilangkan Kemiskinan
Peneliti mengetengahkan suatu
pendekatan kemiskinan yang sekarang ini juga disarankan oleh para penasehat
Bank Dunia. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan modal sosial. Pendekatan
ini telah ditunjukkan oleh banyak peneliti yang menyatakan bahwa pengentasan
kemiskinan berkaitan erat dengan peranan modal sosial. Modal sosial berkaitan
dengan social networking, norm of trust, mutual reciprocity dan mutual
benefit. Hasil penelitian Grootaert (1999), Putnam (2000; 2002), Coleman
(2000), Woolcock (2002), Slamet (2010) menunjukkan bahwa modal sosial dapat
membantu dalam pengentasan kemiskinan. Menurut hasil penelitian Slamet (2010)
modal sosial dapat diciptakan melalui 11 pembangunan institusi-institusi
sosial. Institusi sosial memungkinkan terbentuknya modal sosial yang pada
gilirannya dapat mengentaskan kemiskinan.
Tanggapan
utama terhadap kemiskinan adalah:
ü Bantuan
kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
ü Bantuan
terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman,
pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
ü Persiapan
bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera
menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih
mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau
keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Saat
ini permasalahan ekonomi yang mendesak adalah pengangguran
dan rakyat miskin yang jumlahnya sangat besar. Ini disebabkan karena
gerak ekonomi berjalan lamban (down turn).
Investasi yang berjalan tidak mampu menyerap pertambahan tenaga kerja yang
tumbuh sementara tenaga kerja penganggur yang ada selama ini jumlahnya juga
sudah besar. Ini telah berjalan bertahun tahun sehingga berakumulasi menjadi
jumlah di luar batas kewajaran. Akibatnya, tercipta masyarakat miskin yang
berjumlah besar pula.
Kemiskinan ini berakibat pada semakin rendahnya pendapatan riil dan merusak sendi-sendi kehidupan lainnya seperti pedidikan dan kesehatan. Yang terkena imbasnya tidak sekadar pengurangan pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat tetapi juga pada kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan. Pendidikan masyarakat menjadi mundur dalam pengertian tidak saja semakin banyak anak-anak berusia sekolah yang tidak bersekolah tetapi mutunya juga menurun.
Kemiskinan ini berakibat pada semakin rendahnya pendapatan riil dan merusak sendi-sendi kehidupan lainnya seperti pedidikan dan kesehatan. Yang terkena imbasnya tidak sekadar pengurangan pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat tetapi juga pada kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan. Pendidikan masyarakat menjadi mundur dalam pengertian tidak saja semakin banyak anak-anak berusia sekolah yang tidak bersekolah tetapi mutunya juga menurun.
Demikian juga dengan tingkat kesehatan.
Pengeluaran kesehatan menjadi pengeluaran mewah karena biayanya tinggi dan
banyak anggota masyarakat yang tidak mampu membayar biaya dimaksud. Itu berarti
secara perlahan kualitas hidup pun menjadi menurun. Gurita
pengangguran dan kemiskinan ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus dihentikan
dengan suatu aktivitas ekonomi yang besar (big
push) melalui penanaman modal oleh pemerintah ataupun pihak perusahaan
swasta.
Namun, pemerintah sendiri atau pihak usaha swasta juga belum mampu mendorong perputaran aktifitas ekonomi dalam gerakan yang lebih besar. Kondisi mereka juga dalam sempoyongan. Itu berarti untuk saat ini kita harus menunggu sampai itu terjadi saat di mana pemerintah atau pengusaha swasta mampu dan mau menanamkan modalnya (investasi). Jika demikian halnya apa yang akan terjadi pada masa menunggu ini. Tentu semakin banyak anggota masyarakat yang menganggur dan miskin.
Timbul pertanyaan siapa yang menganggur dan siapa yang miskin tersebut? Jawabannya adalah masyarakat jelata, yang umumnya adalah mereka yang tidak mempunyai akses ke sektor formal, berpendidikan rendah dan berdaya ekonomi marjinal. Maka kalau harus menunggu tentu nasib para warga yang menganggur dan miskin tersebut menjadi semakin parah. Tentu hal ini tidak dapat dibiarkan karena dampak yang muncul bukan saja pada diri warga tersebut tapi juga pada kenyamanan dan kestabilan masyarakat lainnya. Dalam konteks yang seperti inilah pemerintah perlu mendorong perkembangan ekonomi rakyat Mengapa, karena penganggur dan rakyat miskin tersebut adalah rakyat jelata yang merupakan masyarakat marjinal di mana ekonomi rakyat itu bekerja. Apa itu ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang dilakukan oleh rakyat dan biasanya bersifat informal. Ekonomi rakyat mampu menekan tingkat pengangguran dan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat miskin untuk ukuran yang sebanding.
Jika begitu halnya maka ekonomi rakyat harus dikembangkan dalam rangka untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Ekonomi rakyat, sesuai dengan ukurannya, diharapkan mampu menyelesaikan kedua masalah tersebut secara langsung. Cara ini lebih fokus pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat jelata.
Namun, pemerintah sendiri atau pihak usaha swasta juga belum mampu mendorong perputaran aktifitas ekonomi dalam gerakan yang lebih besar. Kondisi mereka juga dalam sempoyongan. Itu berarti untuk saat ini kita harus menunggu sampai itu terjadi saat di mana pemerintah atau pengusaha swasta mampu dan mau menanamkan modalnya (investasi). Jika demikian halnya apa yang akan terjadi pada masa menunggu ini. Tentu semakin banyak anggota masyarakat yang menganggur dan miskin.
Timbul pertanyaan siapa yang menganggur dan siapa yang miskin tersebut? Jawabannya adalah masyarakat jelata, yang umumnya adalah mereka yang tidak mempunyai akses ke sektor formal, berpendidikan rendah dan berdaya ekonomi marjinal. Maka kalau harus menunggu tentu nasib para warga yang menganggur dan miskin tersebut menjadi semakin parah. Tentu hal ini tidak dapat dibiarkan karena dampak yang muncul bukan saja pada diri warga tersebut tapi juga pada kenyamanan dan kestabilan masyarakat lainnya. Dalam konteks yang seperti inilah pemerintah perlu mendorong perkembangan ekonomi rakyat Mengapa, karena penganggur dan rakyat miskin tersebut adalah rakyat jelata yang merupakan masyarakat marjinal di mana ekonomi rakyat itu bekerja. Apa itu ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang dilakukan oleh rakyat dan biasanya bersifat informal. Ekonomi rakyat mampu menekan tingkat pengangguran dan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat miskin untuk ukuran yang sebanding.
Jika begitu halnya maka ekonomi rakyat harus dikembangkan dalam rangka untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Ekonomi rakyat, sesuai dengan ukurannya, diharapkan mampu menyelesaikan kedua masalah tersebut secara langsung. Cara ini lebih fokus pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat jelata.
Oleh sebab itu, mengembangkan ekonomi
rakyat dapat dianggap sebagai salah satu pilihan untuk mengatasi masalah
pengangguran dan kemiskinan yang terdapat di masyarakat. Cara ini pun dianggap
lebih terhormat di mana mereka bukan sebagai orang yang minta dikasihani. Cara
ini adalah cara bagaimana mereka diberdayakan dengan memberikan peluang/kesempatan
untuk berusaha pada bidang ekonomi rakyat. Yang diharapkan adalah suatu
pengertian dari pemerintah sekaligus mengaturnya secara tepat agar ekonomi
rakyat berjalan seperti yang diharapkan. Pemerintah diharapkan dapat memberi
kesempatan kepada mereka sehingga mendorong mereka untuk tetap bertahan hidup.
BAB IV
KASUS
KEMISKINAN PETANI DI PEDESAAN
Studi Kasus Kemiskinan di Desa
Tambaagung Ares Kec. Ambunten, Kab.
Sumenep
“Kasus kemiskinan yang terjadi di
desa Tambaagung Ares itu adalah kurangnya pendidikan bagi anak-anak yang ada di
desa tersebut, dan tidak adanya bantuan dari pemerintahan misalnya dalam
memperhatikan masalah yang melanda rakyatnya. Alangkah lebih baiknya apabila
dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM), seperti di bebaskannya biaya sekolah dasar (SD) dan sekolah
menengah pertama (SMP) serta dibebaskannya biaya-biaya pengobatan di pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas).”
Ada dua masalah pokok dalam
kemiskinan, yaitu faktor penyebab dan dampak-dampak yang ditimbulkannya serta
penanganannya :
Faktor penyebab kemiskinan adalah
berbagai situasi yang memberi ruang akan terjadinya insiden kemiskinan, baik
yang menyangkut situasi sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya maupun situasi-situasi
alami yang terjadi di luar perhitungan manusia. Termasuk dalam kategori ini
adalah berbagai krisis yang terjadi baik akibat situasi dalam negeri maupun
akibat dampak persoalan global. Krisis moneter sebagai dampak persoalan global
merupakan faktor yang sangat berpengaruh
Dampak yang ditimbulkan akibat kemiskinan
sangat beragam mencakup hampir semua dimensi kehidupan masyarakat dan negara.
Terjadinya berbagai permasalahan sosial seperti kejahatan, ketunasosialan,
keterlantaran, keterasingan, merupakan manifestasi dan kemiskinan. Dengan kata
lain, kemiskinan terbukti menjadi faktor utama rapuhnya ketahanan tatanan
sosial sebuah keluarga, suatu komunitas, kelompok atau masyarakat, bangsa dan
bahkan negara.
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Langkah-langkah penanggulangan
kemiskinan ini tidak dapat ditangani sendiri oleh satu sektor tertentu, tetapi
harus multi sektor dan lintas sektor dengan melibatkan stakeholder terkait
untuk meningkatkan efektivitas pencapaian program yang dijalankan. Oleh sebab
itu, langkah-langkah yang ditempuh dalam penanggulangan kemiskinan dijabarkan
ke dalam program sebagai berikut :
1. Program
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a) Pelayanan
kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya.
b) Pengadaan,
peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas.
c) Pengadaan
peralatan dan perbekalan termasuk obat generik.
d) Peningkatan
pelayanan kesehatan dasar mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
pemberantasan penyakit menular dan peningkatan gizi.
e) Pengadaan
dan Peningkatan SDM tenaga kesehatan.
2. Program
Pelayanan Pendidikan
a) Peningkatan
Pendidikan Dasar
b) Peningkatan
Pendidikan Menengah dan Tinggi
c) Peningkatan
Pendidikan Luar Sekolah
d) Pengembangan
dan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan IPTEK
e) Peningkatan
Apresiasi seni
f)
Pelestarian
dan Pengembangan Desa tambaagung ares.
Pemerintah melalui Pendidikan Luar
Sekolah, sebenarnya telah membuka peluang bagi masyarakat untuk mengikuti
program pendidikan keterampilan sesuai dengan keinginan dan keperluan
masing-masing. Kecakapan hidup, sebenarnya lebih bermanfaat bagi masyarakat,
terutama kaum perempuan yang akhirnya bertindak sebagai manager keuangan dalam
rumah tangganya. Bisa kita lihat berapa banyak perempuan yang rela berdagang,
berapa banyak yang rela menjadi penjaja jasa dan berapa banyak yang harus
menerima sebagai pemulung karena mereka tidak bisa berkreasi atau tidak ahli
dalam bidang keterampilan. Padahal jika mereka terampil, misalkan sebagai
pengrajin, sebagai pengelola salon kecantikan, maupun ahli di bidang lainnya,
tentulah mereka bakal mendapatkan penghasilan tambahan yang berguna sebagai
penopang ekonomi keluarga.
Pelayanan kesehatan bagi orang miskin
sering menjadi sorotan pemerintah, seiring meningkatnya jumlah orang miskin dan
naiknya pelayananan pengobatan. Adanya program ASKESKIN dari pemerintah memang
sedikit membantu bagi orang miskin namun pelaksanaannya banyak menemui
kendal-kendala. Program pelayanan kesehatan bagi orang miskin perlu diperbaiki
dengan cara mengajak partisipasi aktif dari masyarakat sekitar untuk mendukung
program pelayanan ini yang telah berjalan meskipun masih mandek-mandek
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang
selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan kemiskinan tidak hanya terdapat di
negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju juga mempunyai masalah
dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit, walaupun fakta
menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih besar
dibanding dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada
umumnya masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang,
seperti : kapital, teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain
sebagainya.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa
terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara
lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah
dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di
masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana
ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.
Penyebab orang menjadi miskin adalah
karena ia terjebak dalam perangkap kemiskinan kemiskinan materil, kelemahan
jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan
kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan mesti melibatkan transformasi
sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai (misal : etos kerja).
Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah tidak karena membudayakan
kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang salah satu
tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, dalam
realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru. Bahkan lebih
daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak
disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah
pembicaraan mengenai modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali
menjadi miskin (mengalami pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang
tersebut tidak memiliki cukup modal.
Saran
Bagi peminat studi ilmu sosial
pertanian, makalah ini hanya merupakan bagian terkecil dari sekian banyak
referensi penelitian pengentasan kemiskinan di pedesaan, dan sedikit banyaknya
menjelaskan masalah umum tentang kemiskinan yang bisa diambil dan dimanfaatkan
ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila ingin mengembangkan untuk
menjadi model penelitian sejenis, akan lebih baik jika referensi yang digunakan
lebih komprehensif dan lebih terarah demi pencapaian maksud yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik.
Berita Resmi Statistik (2012). Profil
Kemiskinan di Indonesia September 2011. No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012.
George
Ritzer 2002, Sosiologi Ilmu Pengetahuanberparadigma Ganda , Jakrta, PT
Raja Grafindo Persada.
Rahardjo,
1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama, Gadjah
Mada University Press.
Riska dkk. 2007. Makalah
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan. Universitas Indraprasta Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar